Puspa IPTEK : Belajar Eksakta Mudah & Menarik

10 05 2009

“Belajar matematika, fisika dan kimia? Ogah, ah, pusing!” Begitu jawaban sebagian besar murid yang terkesan “alergi” terhadap ilmu-ilmu eksakta yang dianggap teramat sulit.
Padahal boleh jadi penyampaian materi yang kurang menarik merupakan salah satu penyebabnya. Bukankah selama ini murid lebih sering dicekoki berbagai rumus fisika ketimbang melihat keajaiban alam yang ditimbulkan oleh efek fisika tersebut. Berangkat dari keprihatinan semacam itulah, perumahan Kota Baru Parahyangan (KBP) berinisiatif membangun sebuah gedung yang mampu mengundang anak tertarik pada ilmu-ilmu eksakta.

Dalam gedung yang dinamai Puspa Iptek tersebut terdapat beberapa peragaan atraktif mengenai ilmu-ilmu alam. “Misi kami memang membuat kota mandiri berwawasan pendidikan. Soalnya, pendidikan, kan, sangat
penting bagi setiap orang. Baik selagi ia masih kecil, setelah beranjak dewasa maupun sudah memasuki usia tua,” jelas Buddy Indrasakti, Chief Promotion KBP.
Di sektor formal KBP sudah membangun sarana-sarana pendidikan “resmi”. Di antaranya TK dan SD Al-Azhar Syifa Budi, TK St. Aloysius dan art centre Bale Seni Barli pimpinan Barli Sasmitawinata. Sedangkan di sektor nonformal, KBP membangun Pusat Peragaaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang disingkat dengan Puspa Iptek.

Selain itu, gedung Puspa Iptek yang memiliki luas 700 M2 ini dinyatakan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai jam matahari pertama sekaligus terbesar di Indonesia. Hanya dengan mengitari gedung tersebut dan
melihat bayangannya, kita bisa tahu jam berapa saat itu. Sementara jam matahari itu sendiri merupakan jam tertua yang juga merupakan dasar pemahaman mengenai astronomi.

MEMUKAU PENGUNJUNG

Menurut Indra, di komplek perumahan ini nantinya akan dibangun taman-taman bertema yang mampu menambah wawasan anak. Contohnya taman bertema transportasi yang memungkinkan anak mengenali alat-alat transportasi seperti kereta api, perahu, mobil-mobilan hingga pesawat terbang sebagai wahana bermain ataupun sekadar pajangan. Begitu juga taman bertema astronomi di mana pengunjung bisa menjumpai pesawat antariksa, astronom, bahkan makhluk planet seperti Alien.

Menurut Koordinator Puspa Iptek Joko Santoso, di dalam gedung ini setidaknya terdapat 65 alat peraga yang berkaitan dengan ilmu fisika dan kimia, baik optik maupun mekanik. Yang pasti, lanjut Joko, alat-alat yang ditampilkan rata-rata memiliki keunikan yang bisa membuat penasaran pengunjung lalu selanjutnya menumbuhkan minat belajar ilmu-ilmu alam.
“Banyak siswa yang semula ‘alergi’ pada pelajaran ilmu-ilmu alam lantas jadi suka setelah melihat-lihat alat-alat peraga ada di sini,” ujar Joko.

Contohnya adalah pengunjung yang bisa dengan tenang dan merasa aman-aman saja mengendarai sepeda. Padahal sepeda tersebut meluncur beberapa meter di atas lantai melewati sebuah kabel yang tipis. Bak pertunjukan sirkus,
tentu saja adegan tersebut jadi amat memukau pengunjung. Lalu pemandu akan menjelaskan bahwa hal itu bisa terjadi akibat pengaruh gaya fisika.
Menurut Joko, selama beban pengendara lebih kecil dari beban di bawah sepeda, maka sepeda tersebut akan meluncur dengan aman tanpa si pengendara takut terjatuh karena titik pusat berat berada di bawah
sepeda.

Bukan cuma itu. Lewat Puspa Iptek pun, para pelajar bisa memperdalam keilmuan eksakta yang didapatnya di sekolah. Kalau di sekolah mereka hanya mendapat teori- teori yang abstrak, di sini mereka bisa berinteraksi langsung dengan contoh-contoh konkret. “Umumnya siswa datang ke sini berbekal tugas sekolah lalu di sini aktif mengerjakan tugas-tugas tersebut.”
Agar pengunjung dapat mencoba alat-alat yang tersedia, pihak pengelola telah menyediakan petunjuk penggunaan alat beserta dasar teori mengapa alat tersebut bisa berjalan. Makanya, di sisi masing-masing alat peraga terdapat petunjuk “tekan tombol ini” lalu “tekan tombol” dan seterusnya.
Kalaupun masih mengalami kesulitan, pengunjung bisa menghubungi pemandu yang selalu siap membantu. Biasanya, lanjut Joko, “pengunjung kita tertibkan dulu dalam barisan lalu kita beri pengarahan dan petunjuk
bagaimana menggunakan alat-alat peraga tersebut.”

JAUHKAN KESAN SERIUS

Sambutan masyarakat terhadap Puspa Iptek yang terbuka untuk umum ini diakui Indra maupun Joko cukup luar biasa. Dengan jam kunjungan Sabtu dan Minggu mulai pukul 09.00 sampai 16.00 WIB, Puspa Iptek telah mencatat 22.000 pengunjung selama 8 bulan sejak dibuka 11 Mei 2002 lalu.
Dengan harga tiket masing-masing sebesar Rp 4.000 untuk anak-anak dan Rp 5.000 untuk dewasa, Puspa Iptek mampu menyedot pengunjung dari berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Salatiga, Jambi, bahkan
Ambon.
Joko berharap di tahun-tahun mendatang, Puspa Iptek yang diresmikan Mendiknas Prof. Malik Fajar dan Menristek Ir. Hatta Rajasa ini lebih banyak dikunjungi. Apalagi Mendikbud sudah mencantumkan pelajaran Wisata Iptek dalam kurikulum sekolah. “Setidaknya sekolah-sekolah akan mewajibkan siswanya mengunjungi museum wisata iptek semacam ini.”
Puspa Iptek pun rencana ke depannya akan selalu mengembangkan diri. Termasuk menambah alat peraga, mengadakan lomba cipta alat peraga, disamping mengadakan event-event berwawasan iptek. “Akhir Februari, kami
akan menyelenggarakan Parahyangan Fun Science untuk anak-anak SD kelas 4 hingga 6. Meski merupakan lomba iptek, acara ini dikemas semenarik mungkin hingga jauh dari kesan serius.”

Pusat Peragaaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Jl. Raya Padalarang No. 427 Bandung 40553
Telp. (022) 680 7777